“Miskin
dan kaya adalah nasib ” ini adalah mitos yang berlaku di dalam
masyarakat, khususnya di negara berkembang. Tak terkecuali di negara
kita, Indonesia.
Kita sering mendengar, bahkan mungkin termasuk di antara kita pernah
berucap; miskin sudah merupakan nasib kita. Bagaimanapun kita bekerja
keras, tidak mungkin berubah, karena ini sudah suratan takdir.
Sebaliknya, kalau nasib kita sudah ditentukan kaya dari “sononya”, maka
usaha apa pun, bahkan kerja “seenaknya” bisa menjadikan kita sukses dan
kaya.
Mitos seperti ini, sadar atau tidak, sudah diterima secara dogmatis
di dalam masyarakat kita. Ditambah dengan mitos-mitos modern yang
destruktif, seperti; bila kita berpendidikan rendah (hanya lulusan
SMA/SMP/bahkan SD) maka spontan yang timbul di benak kita; kita sulit
maju, sulit sukses dan kaya.
Dengan persepsi seperti ini, jelas kita telah terkena penyakit mitos
yang menyesatkan. Hal ini akan mempengaruhi sikap mental dalam praktek
di kehidupan nyata, sehingga menghasilkan kualitas hidup “ala kadarnya”
atau sekedar hidup. Jika mitos ini dimiliki oleh mayoritas masyarakat
kita, bagaimana mungkin kita bisa mengentaskan kemiskinan untuk menuju
pada cita cita bangsa , yaitu; masyarakat adil-makmur dan sejahtera.
Kemiskinan sering kali merupakan penyakit dari pikiran dan hasil dari
ketidaktahuan kita tentang prinsip hukum kesuksesan yang berlaku. Bila
kita mampu berpikir bahwa kita bisa sukses dan mau belajar, serta
menjalankan prinsip-pinsip hukum kesuksesan, mau membina karakteristik
positif, yaitu; punya tujuan yang jelas, mau kerja keras, ulet, siap
belajar, dan berjuang, maka akan terbuka kemungkinan-kemungkinan atau
aktifitas-aktifitas produktif yang dapat merubah nasib gagal menjadi
sukses. Miskin menjadi kaya! Seperti pepatah dalam bahasa Inggris
“character is destiny”, kharakter adalah nasib.
Tidak peduli bagaimana Anda hari ini, dari keturunan siapa, berwarna
kulit apa, atau apa latar belakang pendidikan Anda. Ingat, Anda punya
hak untuk sukses!!!
Seperti kata-kata mutiara yang saya tulis; Kesuksesan bukan milik
orang-orang tertentu. Sukses milik Anda, milik saya, dan milik siapa
saja yang benar-benar menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan dengan
sepenuh hati.
Hancurkan mitos “miskin adalah nasib saya!”
Bangun karakter dan mental sukses!!!
Karena kita adalah penentu masa depan kita sendiri!
Majikan bagi nasib kita sendiri!
Sekali lagi, jadilah majikan bagi nasib diri sendiri.
sumber: Andri Wongso
1 komentar:
Write comments